-->

Pengertian Sistem Stoikiometri

Ditulis oleh: Materi Belajar Inside
Berikut ulasan mengenai materi belajar tentang Pengertian Sistem Stoikiometri, yang dapat kalian jadikan acuan untuk belajar. Silahkan disimak!

Stoikiometri berasal dari bahasa yunani, terdiri dari dua kata. Stoikheion yang artinya elemen dan Metria yang artinya ukuran. Stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari dan menghitung hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam suatu reaksi kimia (persamaan kimia). Stoikiometri secara umum berkaitan dengan hubungan kuantitatif unsur dalam suatu senyawa dan antar zat dalam suatu reaksi. Stoikiometri juga dapat diartikan sebagai segala bentuk pengukuran partikel-partikel, yaitu meliputi atom, molekul, ion, elektron serta partikel ionik lainnya. Sedangkan pengukuran yaitu mencari massa, volume, jumlah partikel, serta besar kuantitatif lainnya. (James E Brody, 1994: 67)

Dalam ilmu kimia, stoikiometri (kadang disebut stoikiometri reaksi untuk membedakan dari komposisi) adalah ilmu yang mempelajari dan menghitung kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi persamaan kimia.

Stokiometri atau Hitungan kimia adalah cara-cara perhitungan yang berorientasi pada hukum-hukum dasar ilmu kimia. Perlu disadari bersama bahwa ukuran materi yang dipelajari dalam kimia begitu sangat kecilnya, sehingga ada satuan khusus untuk menunjukkan jumlah maupun konsentrasi suatu zat. Disamping itu suatu unsur memiliki masa atom relatif (Ar) yang khas begitupula massa molekul relatif (Mr) suatu senyawa dan semua ini terkait dengan konsep mol.

Stoikiometri (Stoi-kee-ah-met-tree) merupakan bidang dalam ilmu kimia yang menyangkut hubungan kuantitatif antara zat-zat yang terlibat dalam pereaksi kimia, baik sebagai pereaksi maupun hasil reaksi. Stoikiometri juga menyangkut perbandingan atom H dan O dalam molekul H2O (dimisalkan).

Jeremias Benjamin Richter (1762-1807) adalah orang yang pertama kali meletakkan prinsip dasar stoikiometri. Menurutnya stoikiometri adalah ilmu tentang pengukuran perbandingan kuantitatif atau pengukuran perbandingan antarunsur kimia yang satu dengan yang lain.

Di awal kimia, aspek kuantitatif perubahan kimia yakni stoikiometri reaksi kimia tidak mendapat banyak perhatian. Bahkan pada saat perhatian telah diberikan, teknik dan alat percobaan tidak menghasilkan hasil yang benar. Misalnya teori flogiston yang mencoba menjelaskan fenomena pembakaran dengan iastilah “zat dapat terbakar”. Teori ini tidak berhasil karena perubahan  antara logam ketika di kalsinasi tidak cocok dengan teori ini.

Filsuf dari Flanders Jan Bajtista Van Helmont (1579-1644) melakukan percobaan “Willow”. Ia menumbuhkan bibit Willow setelah pengukuran massa pot dan tanahnya. Hipotesis ini jauh dari sempurna, karena ia menyimpulkan bahwa “akar semua materi adalah air”.

Akhirnya pada abad ke-18 kimiawan jerman, Jeremias Benjain Richter (1762-1807) menemukan konsep ekivalen (ekivalen kimia) dengan pengamatan teliti reaksi asam basa, yakni hubungan kuantitatif antara asam dan basa dalam reaksi netralisasi. Pengetahuan tentang ekivalen sangat penting untuk menghasilkan sabun dan serbuk mesiu yang baik. Jadi, pengetahuan seperti ini sangat penting secara praktis.

Stoikiometri reaksi dalam larutan dapat ditentukan menggunakan Hukum Kekekalan Massa. Akan tetapi tidak lagi mengkonversi massa dan jumlah bahan kimia (zat yang bereaksi), melainkan antara volume larutan dan jumlah zat dengan konsentrasi sebagai faktor konversi. Artinya, banyaknya zat terlarut dalam suatu larutan dapat diketahui jika volume dan konsentrasi larutan juga diketahui. Atau dapat dihasilkan:
n = M x V

Pada dasarnya, stoikiometri reaksi dalam larutan sama dengan stoikiometri pada umumnya, yaitu perbandingan mol zat-zat yang terlibat dalam reaksi sama dengan koefisien reaksinya. Hitungan stoikiometri dengan salah satu zat dalam reaksi diketahui atau dapat ditentukan jumlah molnya. Koefisien reaksi yang setara menunjukkan jumlah mol yang merupakan titik stoikiometri.

Berdasarkan sifat fisika pembakaran suatu rumus senyawa berhubungan dengan kuantitas pereaksinya, yaitu suhu. Suhu didefinisikan sebagai kuantitas tingkat panas atau dingin benda atau zat yang dapat menetapkan arah aliran kalor secara spontan. Suhu lazimnya diukur dengan beberapa skala termometer.

Dalam metode variasi kontinu dilakukan sederetan pengamatan yang kuantitatif bervariasi. Metode Variasi Kontinu, yang mekanismenya yaitu dengan dilakukan pengamatan terhadap kuantitas molar pereaksi yang berubah-ubah, namun molar totalnya sama. Sifat fisika tertentunya (massa, volume, suhu, daya serap) diperiksa, dan perubahannya digunakan untuk meramal stoikiometri sistem. Dari grafik aluran sifat fisik terhadap kuantitas pereaksi, akan diperoleh titik maksimal atau minimal yang sesuai titik stoikiometri sistem, yang menyatakan perbandingan pereaksi-pereaksi dalam senyawa.

Oleh karena kuantitas molar pereaksi berlainan, perubahan harga sifat dari sistem kimia tersebut dapat digunakan untuk meramalkan stoikiometri sistem. Stoikiometri menyangkut cara atau perhitungan kimia untuk menimbang dan menghitung spesi-spesi kimia. Bila digambarkan grafik secara fisika yang diamati (diukur) terhadap kuantitas pereaksinya, maka akan diperoleh suatu titik maksimum atau minimum yang terurai dengan titik stoikiometri sistem, yang menyatakan perbandingan pereaksi-pereaksi dalam senyawa.

Sekian artikel mengenai Pengertian Sistem Stoikiometri, yang dapat kalian jadikan acuan untuk belajar.
Lihat juga:
Kumpulan Artikel Tentang IPA (Biologi, Fisika, Kimia)